Laman

Kamis, 23 Februari 2017

Kaukah? II

“Berhenti berpuisi!” Titahnya
Wahai Yang Maha Mengetahui, siapa lagi?

Surat itu singkat
Datang disaat senja sedang menderma keindahannya
Pada jiwa yang masih bertanya tentang siapa ia yang pada sepertiga malam itu?

Siapa ia? Titahnya adalah tabuhan genderang perang denganku
Bagaimana bisa aku tidak berpuisi?
Ribuan kata menunggu menjadi larik, lalu larik berjalan meminta menjadi bait, kemudian bait berlari menginginkan dirinya menjadi sebuah puisi
Apa aku bisa mematuhi titah itu?
Berontaklah batinku

Dari tulisan itu kubaca
Ia seorang adam, ia iri padaku karena ada seorang hawa yang berterus terang pada-Nya menginkanku menjadi imamnya di waktu yang dikatakan Imam Syafi’i jika berdoa pada waktu itu seperti anak panah yang tidak akan pernah meleset
Wahai adam tak perlu begitu
Kau mampu mengapa iri, yang kata orang itu tanda tak mampu
"Bagaimana jika itu dari seorang hawa?" Tanya batinku
Ia mencintaiku, aku tidak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar